Saya adalah pemegang kredo bahwa tidak ada yg salah dalam bisnis. Bahkan jika itupun secara diametral sangat bertentangan 180⁰. Bagi saya batas salah dan benar dalam bisnis hanyalah syariat agama dan hukum positif negara.
Karena itu walau saya penganut mahzab non partnership dalam bisnis namun saya tidak menyalahkan mereka yang berpartner. Walaupun saya tidak mau berutang namun saya juga tidak pernah menyalahkan mereka yang berutang.
Masih banyak diametral-diametral lainnya dalam bisnis seperti on line vs off line, retail vs grosir, B2B vs B2C, pertumbuhan ke atas vs pertumbuhan ke samping dan lain2 yang kadangkala bisa menimbulkan perdebatan. Semua bagi saya tidak ada yang salah. Bagi saya semua adalah benar walau saya memilih salah satu.
Apapun yang dipilih maka semua adalah benar. Namun demikian orang tetap akan memilih salah satu walau dalam beberapa hal mungkin malah bisa memadukan.
Pilihan biasanya berdasarkan pengalaman seseorang terhadap sesuatu, preferensi terhadap sesuatu ataupun persepsi terhadap sesuatu. Seorang memilih tidak mau bisnis secara partnership mungkin karena punya pengalaman konflik bisnis dengan partnernya, mendengar cerita orang lain tentang konflik antar partner ataupun persepsinya yang sudah telanjur buruk tentang partnership.
Begitu juga pilihan berutang atau tidak, pakai uang bank atau tidak, menggaet investor atau tidak, melakukan IPO atau tidak dan beragam pilihan lainnya. Semua ditentukan oleh pengalaman, preferensi dan persepsi yang berbeda2 antara setiap orang.
Hal yang sama juga berlaku untuk insight. Sebuah peristiwa yang sama, even yang sama, orang yang sama dan semua hal lainnya yang sama namun akan memberikan insight yang berbeda kepada setiap orang yang menerimanya.
Perbedaan insight terjadi karena setiap orang mempunyai kapasitas yang berbeda dan minat yang berbeda. Contoh seorang pembicara menyampaikan sebuah topik bisnis dalam sebuah even. Pendengarnya ada puluhan orang dari latar belakang yang beragam. Maka insight yang didapat oleh setiap orang niscaya akan berbeda-beda.
Yang didengar materi dan topik yang sama. Tapi insight yang didapat oleh seorang peserta karyawan akan berbeda dengan peserta yang seorang pebisnis. Insight yang berbeda juga antara seorang teknik dengan seorang ekonom. Antara seorang awam dengan seorang akademisi dan seterusnya.
Inilah yang terjadi dengan saya. Saya mengikuti berbagai even, kegiatan, bertemu orang, traveling dan lain2 adalah dalam rangka mencari insight. Dan seperti diuraikan di atas maka insight yang saya dapat tentu saja akan berbeda dengan orang lain.
Dalam sebuah pelatihan bisnis proposal saya dikasih nilai D oleh dua orang penilai dan nilai C oleh satu orang penilai. Itu terjadi karena proposal saya menampilkan insight yang saya dapatkan dari pelatihan itu.
Tapi para penguji tidak memahami hal itu. Yang mereka tahu adalah bahwa proposal saya tidak mengandung sama sekali materi2 yang disampaikan dalam pelatihan. Seharusnya saya dapat nilai E tapi karena kasihan dua orang mengasih saya nilai D. Yang seorang lagi karena tidak tega saya mendapat tiga buah D akhirnya memberi saya C.
Para penilai mungkin menganggap saya bodoh karena sama sekali tidak memahami materi sehingga memberikan nilai E. Itupun karena tidak tega lalu dikasih dua D dan satu C. Mungkin juga mereka dalam hati kasihan melihat saya yang akan kecewa dan terpuruk.
Tapi apakah benar demikian? Dalam hati boro2 kecewa dan terpuruk malah saya yang tertawa. Para penilai ini tidak mengerti yang namanya insight. Mereka hanya tahu salah dan benar. Jika peserta tidak mencantumkan materi pelatihan dalam proposalnya maka berarti salah. Tapi jika dia mencantumkan maka berarti benar. Semakin banyak mencantumkan maka semakin benar dan dapat nilai A.
Itu mungkin pendapat mereka dan saya tidak menyalahkan mereka. Seperti di awal tulisan ini saya tetap berpendapat tidak ada yang salah dan benar dalam bisnis. Jadi bagi saya para penguji di atas adalah benar namun di sisi lain proposal saya juga benar bagi saya.
Malang, 11.03.23